PT Pertamina (Persero) memastikan ketahanan stok bahan bakar
minyak (BBM) aman pasca kenaikan harga BBM bersubsidi. Presiden Joko Widodo
(Jokowi) malam ini di Istana Negara, mengumumkan kenaikan harga BBM subsidi
mulai 18 November 2014, sejak pukul 00.00 WIB.
Vice President Corporate Communication Pertamina Ali
Mundakir mengatakan saat ini ketahanan stok BBM yang dikelola oleh Pertamina
mencapai sekitar 18 hari untuk Premium dan sekitar 19 hari untuk Solar.
"Kami memastikan ketersediaan stok BBM, khususnya
Premium dan Solar sangat cukup bagi masyarakat. Pertamina telah
menginstruksikan seluruh SPBU beroperasi melayani masyarakat, setidaknya sampai
dengan berlakunya harga baru," terang Ali dalam keterangan tertulisnya,
Senin (17/11/2014)
Ali mengatakan Pertamina telah mempersiapkan ketersediaan
BBM yang cukup untuk mengakomodasi kemungkinan lonjakan konsumsi setelah
pengumuman resmi kebijakan penyesuaian harga BBM bersubsidi oleh pemerintah.
Berdasarkan pantuan penyaluran harian dalam sebulan
terakhir, terjadi peningkatan konsumsi harian BBM bersubsidi yaitu Premium dari
semula 81.500 KL per hari menjadi sekitar 87.000 KL per hari atau naik sekitar
7%, serta Solar dari 44.500 KL per hari menjadi sekitar 47.000 KL per hari atau
naik sekitar 6%. Tren kenaikan tersebut juga pernah terjadi pada saat menjelang
pengumuman kebijakan penyesuaian harga BBM bersubsidi pada tahun 2013.
Pertamina telah melakukan berbagai langkah antisipasi untuk
memastikan pasokan BBM bagi masyarakat tetap aman diantaranya dengan membentuk
Posko Satgas Kenaikan Harga BBM di Kantor Pusat dan seluruh Kantor Region
Pertamina untuk memantau dan memastikan kehandalan pasokan BBM. Untuk
memastikan keamanan dan kelancaran masyarakat dalam mendapatkan BBM bersubsidi,
Pertamina juga berkoordinasi dengan Kepolisian RI dan TNI untuk pengamanan SPBU
dan objek vital lainnya.
Ali mengharapkan masyarakat tidak melakukan pembelian BBM
bersubsidi secara berlebihan jelang kebijakan penaikan harga. Pertamina juga
mewaspadai adanya gangguan dan hambatan pada jalur distribusi BBM bersubsidi
yang dapat merugikan masyarakat.
Supported By:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar